1. DI PERSIMPANGAN PILIHAN
Mentari pamit pulang ke ufuk barat, burung-burung lalu-lalang menuju peraduan, perlahan-lahan senja menghiasi jagat raya, malam pun segera menyapa bumi. Setelah shalat maghrib, ayah mendekati aku ketika sedang mengerjakan tugas sekolah di dalam kamar. Aku tidak tahu apa tujuan ayah menghampiriku, mungkin beliau ingin menyuruhku membeli sesuatu ke warung. Perlahan-lahan ayah mendekat.
“Sabil, lagi ngapain nak?”
“Lagi ngerjain tugas sekolah yah”
“Ada sedikit yang ingin ayah bicarakan padamu”
“kira-kira apa yah?”
“Sabil, sekitar satu bulan lagi kamu akan lulus SMP nak, bagaimana menurutmu kalau sesudah lulus, kamu melanjutkan sekolah ke pesantren saja?”
“Bagaimana ya yah, sebenarnya Sabil sudah berkeinginan untuk melanjutkan sekolah ke SMA Plus Panyabungan, SMA favorit itu yah.”
“Nak, sebenarnya ayah juga senang jika kamu bisa sekolah pilihanmu, tapi nak kita ini hanyalah orang miskin. Ayah takut jika suatu saat nanti, sekolahmu terpaksa berhenti di tengah jalan. Biaya sekolah di SMA favorit itu sangat mahal nak”
“Iya yah, Sabil mengerti”
“Kalau biaya sekolah di Pesantren nanti, kan jauh lebih murah, tidak sebanding dengan biaya di SMA Plus yang kamu maksud. Kalau kamu sekolah di pesantren, Insyaa Allah nanti kamu bisa mendoakan ayah dan ibu kalau sudah tiada”
“Iya yah. Di SMA itu juga kan banyak pelajaran agamanya yah. Terus di SMA itu kata abang temanku wajib shalat berjamaah lima waktu. Selain itu, masih banyak kegiatan-kegiatan keagamaan lainnya yah. Kalau di pesantren kan yah, pelajarannya nanti cuma pelajaran agama saja, pelajaran umumnya mungkin hanya sedikit”
“Tidak nak, pesantren sekarang sudah modern. Pelajaran umum juga sudah dipelajari di sana”
“O”
“Sabil pikirkan ajalah dulu sebelum lulus, kan masih ada waktu sekitar sebulan lagi”
“Iya yah”
***
0 komentar:
Posting Komentar