Info Penting Hari Ini !!!

Selamat Datang di KARYA KAMAL. Apa yang Sedang Sahabat Cari ??? Moga Blog Ini Bisa Membantu Sahabat Semua...!!! Kabar Gembira, Novel Sampan di Seberang akan segera dipublikasikan di blog ini agar para sahabat setia bisa menikmati karya yg pernah menang dalam kompetisi novel ini. Novel "Sampan di Seberang" diangkat dari kisah nyata pengalaman mengabdi di daerah terpencil. Novel "Sampan di Seberang" Tentang Pengabdian, Persahabatan & Kenangan, Tunggu Kehadirannya...!!! Karya Kamal; Novel Jalan Impian, Novel Pardangolan, Novel Sampan di Seberang, Buku Bait Bait Hati & Buku Facebook Mengguncang Dunia Akhirat. __Mustopa Kamal Batubara__ __Facebook: Mustopa Kamal Batubara.__ __Instagram: @kamal_btr.____Twitter: @mustopakamalBTR____Email: mustopakamalbatubara@gmail.com__ __Salam Karya Kamal__

Minggu, 13 Desember 2015

Rintihan Siang
Cerpen: Mustopa Kamal Batubara


 Senja menghilang. Malam terkembang. Lampu-lampu jalan menghiasi kelam. Perempuan-perempuan jalang berkeliaran dari kandang. Terpasang senyum merekah di balik lidah. Untaian kata mengecup mesra. Lelaki hidung belang terawang-awang.
“Berapa cantik ?” tanya seorang pria yang sedang berbicara dari dalam mobil berwarna hitam.
“Buat om satu juta saja”
“Itu terlalu mahal. Om hanya bawa uang lima ratus ribu”
“Tambah dua ratus ribu lagi, biar sama-sama oke”
“Uang om hanya segini lagi. Kalau kamu mau, tambahnya besok om berikan”
“Oke om”
Pria hidung belang dan gadis jalang itu terlelap dibuai malam.
***
Perempuan paruh baya itu tidak bisa tidur. Ia mondar-mandir di ruang tengah rumah. Ia takut jika terjadi sesuatu hal terhadap putri sematawayangnya. Nalarnya bercabang. Ia tidak tahu lagi harus berbuat apa pada seperdua malam itu. Kakinya letih karena terlalu lama berdiri. Iapun duduk di bangku kayu dekat pintu. Dipandanginya jarum jam yang semakin keras terdengar dawai malamnya.
“Kamu dari mana saja Cika ?” ujar perempuan itu saat melihat putrinya masuk tanpa salam.
“Dari tempat teman Bu” jawab gadis itu berusaha berbohong.           
“Setiap malam ke rumah teman ?”
“Ibu tidak usah banyak bertanya. Cika sudah dewasa”
“Maksud kamu ?”
“Sudahlah Bu, Cika mau tidur”
“Cika… dengarkan perkataan ibu. Ibu tidak pernah mengajari kamu seperti ini. Apa kamu tidak malu sama tetangga, setiap hari pulang tengah malam begini ?”
“Biarkan saja mereka berkata apa. Tahu apa mereka tentang kita. Kita juga tidak pernah mengusik kehidupan mereka”.
Cika berlalu ke kamar.
***
Siang yang menggerahkan. Tidak ada keteduhan. Kata-kata tak bertuan membisingkan. Ingin sekali ibu Cika menutup telinganya ketika hendak ke warung itu membeli keperluan rumah. Ia memang sudah tahu kalau ibu-ibu tetangganya itu pasti akan selalu menanyakan keberadaan Cika ketika di warung.
“Bu si Cika sudah tidak di sini lagi ya ?” ujar salah seorang wanita yang sedang membeli sayur-mayur.
“Dia ada di rumah. Ada apa Bu ?” kata ibu Cika dengan nada letih menjawab pertanyaan yang selalu diulang-ulang ketika ia sedang berbelanja di warung itu.
“Owh.. tidak ada kok, cuma bertanya saja”
“Kelihatannya dia jam segini tidak pernah keluar rumah ya ?” ujar perempuan lain yang sedang membeli beras.
“Jam segini dia biasanya masih tidur Bu”
“O. Cika sering pulang tengah malam ya. Memang sekarang dia kerja apa ya ?”
“Tidak ada Bu. Dia masih kuliah. Dia dari rumah temannya kalau malam”
“Setiap hari ke rumah teman ?”                                                               
“Sudahlah Bu, saya pamit duluan ya. Nanti saya takut Cika mencari saya”
Ibu Cika berlalu dengan hati diiris sembilu.
***
Desas-desus di warung itu hampir saja membuat tekanan darah ibu Cika naik. Ia tidak mau berlama-lama di tempat itu. Ia takut sewaktu-waktu penyakitnya kambuh dan membuat dirinya nekat berbuat hal-hal yang tidak diinginkan. Dulu sewaktu muda hampir saja ia mencekik leher seorang perempuan yang diduga selingkuh dengan almarhum suaminya. Kalau saja dulu suaminya tidak melerai keributan itu dengan cepat, mungkin hidup perempuan itu akan berakhir di tangannya.
“Ibu dari mana ?” ujar Cika menghentikan langkah perempuan itu. “Kelihatannya ibu sedang marah ?” Cika berusaha mengetahui perasaan ibunya.
“Bagaimana tidak marah, semua ibu-ibu di perumahan ini sudah tahu kalau kamu selalu pulang malam”
“Lantas apa kata mereka tentang Cika Bu ?”
“Tanyakan saja sama mereka langsung. Kamu sudah jadi bahan gunjingan penduduk di perumahan ini. Ibu malu. Ibu tidak tahu lagi harus menyembunyikan muka kemana”
“Ibu tidak usah mendengar mereka. Mereka pasti iri kalau melihat Cika bahagia”
“Maksudmu ?”
“Sudahlah Bu. Ibu tidak usah mendengar perkataan mereka”
***
Gunjingan telah membuat ibu Cika buta mata. Ia menyusuri kelam malam. Mencari tahu sebuah kejanggalan. Dengan langkah renta, ia menyalip mobil-mobil yang sedang melintas di jalan raya pinggiran kota itu. Di depannya tampak perempuan-perempuan binal yang sedang menjajakan diri kepada lelaki pemuja syahwat. Pandangannya tertuju pada seorang gadis yang sedang memakai baju kuning berdiri di samping mobil yang sedang berhenti.
“Cika..”
“Ibu ?” Cika terheran melihat ibunya datang ke tempat stasiun nafsu itu.
“Lain kali saja ya. Om tidak mau ikut campur urusan keluargamu” lelaki hidung belang itupun membatalkan proses tawar-menawar yang sedang mereka lakukan.
“Apa yang kamu lakukan di tempat terlaknat ini hah ?”
“Ibu ada apa ke sini ?. Membuat malu Cika saja”
“Apa kamu bilang, malu ?. Seharusnya kamu yang malu jadi perempuan murahan seperti ini”
***
“Kenapa kamu harus melakukan ini semua Cika ?” ujar perempuan yang telah lama ditinggal mati suaminya itu. Suasana hening. Ia lanjut berbicara. “Warisan peninggalan ayahmu masih cukup Nak tuk membelanjai kebutuhan kita sehari-hari”.
Gadis itu hanya membisu. Mukanya masam.
“Kalau saja ayahmu masih hidup, pasti beliau akan marah melihatmu seperti ini”
“Aku mau pergi saja dari rumah ini, biar tidak ada lagi yang mengusik hidupku”
Gadis itu segera mengkemas barangnya. Baju, sandal dan alat-alat rias ia bawa semua. Ia berlalu meninggalkan airmata ibunya.
***
Dua hari ini gadis itu merasa aneh sekali. Tubuhnya kaku. Demam. Batuk. Mual. Sakit kepala. Perasaannya tak menentu. Tidak bisa konsentrasi. Bintik-bintik hitam kemerah-merahan tiba-tiba menjamur di sekujur tubuhnya. Kulitnya mengelupas. Ia tidak tahu sakit apa yang sedang menimpanya.
 “Setelah diperiksa, anda positif sedang mengidap penyakit HIV” ujar dokter muda itu.
“Apa dok, HIV ?” Cika kaget.
“Iya. Anda Positif HIV” dokter itu kembali menguatkan perkataannya.
Gadis malang itu pulang dari rumah sakit ditemani temaram. Langkahnya gontai meratap bumi. Ia telah dikhianati malam. Malam pergi menghilang. Hanya ada siang panjang dihiasi rintihan.



0 komentar:

Translate

Jumlah Pembaca

Instagram @kamal_btr