Mahasiswa dan Demonstrasi
Oleh Mustopa Kamal Btr
(Mahasiswa UIN Suska Riau)
Mahasiswa sebagai
insan kampus yang masih idealis dan independen merupakan penentu kemajuan suatu
bangsa. Sangatlah pantas jika mahasiswa melakukan gerakan-gerakan untuk perubahan
ke arah yang lebih baik. Jadi tidaklah logis jika ada yang mengatakan bahwa
gerakan mahasiswa merupakan ancaman terhadap suatu negara dan pemerintah,
sehingga gerakan mahasiswa sering digambarkan sebagai aksi brutal.
Sebagai negara
demokrasi, Indonesia juga sangat menjunjung tinggi nilai-nilai kebebasan
berekpresi dan mengeluarkan pendapat. Setiap warga negara berhak untuk
menyuarakan aspirasinya . Setiap warga negara bebas untuk berekspresi selagi
tidak bertentangan dengan peraturan negara dan nilai-nilai budaya. Begitu juga
dengan mahasiswa diberikan ruang untuk menyampaikan kehendak dan aspirasi.
Sebenarnya
mahasiswa mempunyai peran yang sangat strategis sebagai penentu
kebijakan-kebijakan yang dibuat oleh pemerintah. Mahasiswa bisa menyuarakan
aspirasi jika suatu keputusan yang dibuat pemerintah tidak sesuai dengan
kehendak rakyat. Sebagai contoh , turunnya mantan presiden Soeharto dari kursi kepresidenan
adalah karena tuntutan dari para mahasiswa seluruh Indonesia yang memadati
gedung-gedung pemerintahan dan pusat-pusat keramaian pada akhir orde lama. Para
mahasiswa saat itu merasa tidak puas lagi dengan pemerintahan Soeharto yang
telah berpuluh-puluh tahun berkuasa.
Saat ini juga
sering kita lihat, para mahasiswa di berbagai daerah turun ke jalan untuk
menyuarakan aspirasi rakyat. Mereka beramai-ramai ke kantor pemerintahan jika
ada kebijakan dan keputusan pemerintah yang tidak berpihak kepada rakyat kecil.
Mereka memadati jalan raya dan pusat keramaian lainnya. Sebagai contoh, para
mahasiswa di berbagai daerah melakukan aksi demonstrasi karena kebijakan
pemerintah yang menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM). Rakyat Indonesia
khususnya mahasiswa menilai, kenaikan BBM tidak tepat karena saat ini harga
minyak dunia sedang turun.
Di sisi lain,
karena sering naik dan turunnya harga BBM sangat merugikan rakyat kecil. Harga
kebutuhan pokok tidak stabil lagi. Para pedagang nakal akan mencari celah untuk
selalu menaikkan harga sembako. Bahkan kebanyakan para pedagang tidak mau lagi
menurunkan harga sembako tersebut walaupun harga BBM sudah kembali diturunkan pemerintah. Sehingga
masyarakat kelas ekonomi menengah ke bawah merasa sangat dirugikan.
Melihat hal
diatas, mahasiswa selaku agen perubahan turun ke jalan dan pusat-pusat
pemerintahan, mereka mewakili rakyat kecil menuntut kepada pemerintah agar
harga BBM diturunkan dan agar kebijakan yang dibuat pemerintah harus pro-rakyat.
Tidak jarang aksi demonstrasi yang dilakukan mahasiswa ini menimbulkan dampak negatif.
Para mahasiswa sering bentrok dengan polisi ketika di tempat demonstrasi. Para
mahasiswa sering meresahkan para pengguna jalan raya, karena para pengendara tidak
diberi hak untuk lewat. Bahkan tidak jarang juga para mahasiswa merusak aset
dan fasilitas milik pemerintah yang seharusnya untuk dijaga dan dipelihara. Sungguh
anarkis memang, jika para mahasiswa ini tidak mempertimbangkan dampak negatif
dari aksi demonstrasi yang dilakukan.
Mahasiswa memang
diberi hak dan kebebasan untuk menyuarakan aspirasi rakyat. Akan tetapi jika
mahasiswa melakukan tindakan anarkis ketika demontrasi, yang didapat bukan
kemaslahatan lagi, tetapi akan menimbulkan kerugian negara karena asset dan
fasilitas yang dirusak para demonstran harus kembali diganti dengan uang negara
yang seharusnya dimanfaatkan untuk kepentingan lain.
Aksi demonstrasi
tidaklah dilarang, Tapi ada baiknya dipikirkan kembali dampak positif dan
negatif yang akan diperoleh dari aksi tersebut. Silahkan demontrasi ke
pusat-pusat pemerintahan jika kebijakan dan keputusan yang dibuat pemerintah
tidak sesuai dengan kehendak rakyat. Tapi Satu hal yang harus diingat, aksi
demontrasi jangan sampai merusak fasilitas negara dan menimbulkan keresahan di
tengah masyarakat.
0 komentar:
Posting Komentar