JOKO WIDODO (GUBERNUR DKI JAKARTA)
By: Mustopa Kamal Btr
A. Lahir dari Orangtua Penjual Kayu
Joko
widodo lahir di Solo pada tanggal 21 Juni 1961. Sesaat setelah Jokowi lahir,
orangtuanya memboyong Jokowi kecil untuk menetap di Srambatan. Kemudian
orangtuanya kembali memboyong Jokowi untuk pindah dan mengontrak rumah di
kawasan Dawung Kidul di bantaran kali Premulung. Tak lama berselang, Jokowi dan
ketiga saudara perempuannya harus pindah ke Munggung, daerah bantaran kali
Pepe.
Saat
Jokowi berusia lima tahun, karena tidak memiliki biaya untuk membeli rumah,
ayah Jokowi kembali harus memboyong istri dan anak-anaknya untuk menetap
sebagai penghuni liar di pasar kayu dan bambu di Gilingan yang berada di
selatan bantaran kali Anyar.
Di
tempat inilah orangtua Jokowi mencari kayu sambil berjualan gergajian kayu
untuk bahan baku perabot rumah tangga, seperti kursi, meja, dan lain sebagainya
dengan harga yang terjangkau untuk kalangan bawah.
Sebagai
anak yang tumbuh dari keluarga miskin, Jokowi muda tidaklah pesimis dalam
menjalani kehidupan, justri ia selalu optimis suatu saat nanti akan bisa keluar
dari jerat kemiskinan. Sekarang telah ia buktikan, bahwa kemiskinan bisa
diberantas jika kita mau. Saat ini Jokowi telah menjadi orang nomor satu di
ibukota, Jakarta.
B. Pemimpin Yang Sangat Dekat Dengan
Rakyat
Terpaan
hidup yang keras telah membentuk karakter Jokowi menjadi manusia yang sederhana
dan menghargai martabat manusia lainnya. Kecerdasan dan rasa empati yang tinggi
telah membuat dirinya disenangi semua kalangan, mulai dari kalangan paling
bawah sampai kalangan elit sekalipun.
Jokowi
sangat peduli dengan nasib dan kondisi rakyatnya, ia selalu pergi blusukan ke
tempat-tempat kumuh dan gang-gang sempit. Ia tidak malu pergi blusukan mencari
tahu apa yang sedang dialami dan dirasakan oleh rakyatnya. Jokowi sangat
berbeda dengan pemimpin pada umumnya yang tidak ambil pusing akan nasib rakyat
jelata yang hidup di pemukiman-pemukiman kumuh.
Kesederhanaan
inilah yang membuat Jokowi cepat disenangi rakyat sekaligus menjadi nilai plus
baginya ketika menjabat. Tidak dipungkiri juga karena kesederhanaan ini,
karirnya di kancah politik semakin cemerlang. Belum habis jabatannya sebagai
walikota Solo, beliau telah dipercaya rakyat menjadi Gubernur DKI Jakarta, dan
masih belum sampai dua tahun jabatannya, ia telah diajukan beberapa partai
menjadi calon presiden. Luar biasa bukan?
C. Kenangan diwaktu susah
Jokowi
telah merasakan pahit manis kehidupan, banyak saat susah yang ia alami ketika
masa silam. Sebagai contoh, saat duduk di bangku kelas IV SD, Jokowi bersama
keluarganya harus kembali pindah rumah karena rumah mereka digusur oleh
pemerintah kota Surakarta tanpa pemberitahuan sebelumnya. Waktu itu daerah
tersebut akan dijadikan terminal oleh pemerintah kota.
Akhirnya
mereka pindah dan hanya diberikan sepetak tanah di tempat baru, tanpa diberikan
uang untuk membeli bahan bangunan untuk membangun rumah yang dirobohkan
sebelumnya. Karena tidak memiliki biaya untuk membangun rumah, orangtua Jokowi
pun membawa mereka tinggal di rumah kakak lelaki dari garis keturunan ibunya.
Ketika
menumpang di rumah pakde nya itu, ayah Jokowi bekerja serabutan. Mulai dari
mencari kayu untuk digergaji sampai menjual bambu. Di tempat ini keluarga
Jokowi tingggal selama setengah tahun, saat kelas lima SD orangtuanya membawa
mereka pindah ke sebuah rumah di sebelah barat Manahan. Setelah lulus SD pada
tahun 1974, Jokowi melanjutkan sekolahnya ke SMP Negeri 1 Surakarta di sebelah
timur Manahan. Sama halnya ketika SD Jokowi selalu menjadi juara kelas ketika
belajar di SMP ini.
“Bukan
kesulitan yang membuat kita takut, tapi lebih sering ketakutanlah yang membuat
jadi sulit. Jadi jangan mudah menyerah!”
-Jokowi-
0 komentar:
Posting Komentar