Info Penting Hari Ini !!!

Selamat Datang di KARYA KAMAL. Apa yang Sedang Sahabat Cari ??? Moga Blog Ini Bisa Membantu Sahabat Semua...!!! Kabar Gembira, Novel Sampan di Seberang akan segera dipublikasikan di blog ini agar para sahabat setia bisa menikmati karya yg pernah menang dalam kompetisi novel ini. Novel "Sampan di Seberang" diangkat dari kisah nyata pengalaman mengabdi di daerah terpencil. Novel "Sampan di Seberang" Tentang Pengabdian, Persahabatan & Kenangan, Tunggu Kehadirannya...!!! Karya Kamal; Novel Jalan Impian, Novel Pardangolan, Novel Sampan di Seberang, Buku Bait Bait Hati & Buku Facebook Mengguncang Dunia Akhirat. __Mustopa Kamal Batubara__ __Facebook: Mustopa Kamal Batubara.__ __Instagram: @kamal_btr.____Twitter: @mustopakamalBTR____Email: mustopakamalbatubara@gmail.com__ __Salam Karya Kamal__

Jumat, 20 Mei 2016

Peran Keluarga dalam Pembentukan Karakter Anak
Oleh: Mustopa Kamal Batubara


Assalaamu ‘alaikum wa rahmatullaahi wa barakaatuh


Hadirin wal hadirat yang berbahagia. Dewan hakim yang saya muliakan. Rekan-rekan yang saya banggakan.
The crisis problems a man of a women from immemorial is the moral problem (Permasalahan paling krisis yang dihadapi ummat manusia sejak zaman dahulu kala adalah masalah dekadensi moral)”, demikian ungkapan Abu A’la Al-maududi dalam bukunya The Prophet of Islam. Ungkapan sang pemikir Islam tersebut berbanding lurus dengan apa yang kita saksikan di era globalisasi ini. Para anak bangsa tidak ada rasa malu lagi berbuat maksiat di hadapan orang tuanya. Mereka tidak beretika lagi kepada para guru di sekolahnya. Yang salah dianggap benar. Tontonan dijadikan tuntunan. Semuanya sudah serba terbalik dalam kehidupan. Kalau kondisinya sudah demikian siapa yang harus kita salahkan ???. Berkaitan dengan hal tersebut, tergugah hati saya untuk menyampaikan tausiah dengan tema “Peran Keluarga dalam Pembentukan Karakter Anak”.
Hadirin sekalian yang saya muliakan
Sungguh ironis, di zaman sekarang ini banyak anak-anak kita yang terlantar kasih sayang, kurang dipahami dan diperhatikan, sehingga mereka lebih cendrung tumbuh dengan pengaruh karakter lingkungan yang notabenenya tidak karu-karuan. Coba kita perhatikan, para pemuda saat ini kerjanya mabuk-mabukan, berjudi sampai tengah malam dan mengonsumsi berbagai jenis barang haram, na’udzubillaah.
Kalau kita lihat para wanitanya bajunya you can see, roknya rok mini, tumit sandalnya sangat tinggi, tebal lipstiknya lima inci, jalannya lenggok kanan lenggok kiri, kerjanya tiap hari mondar-mandir ke sana ke sini, katanya pacarnya anak bupati, ternyata pacarnya hanya sopir pedati. Benar-benar tidak tahu ? tidak tahu diri. Kalau Bang haji bertemu orang seperti ini, pasti ia kan berkata, terlalu…!!!
Hadirin wal hadirat rahimakumullaah
Selain itu, pemuda-pemudi zaman sekarang juga lebih cinta pada kekasihnya dari pada keluarganya. Setiap saat kabar kekasihnya selalu di tanya, selalu di sms, “Met bobok ya yang, met mimpi indah”. Beberapa hari kemudian, hp si cewek bordering “Kita putus” kata cowoknya lewat sms yang baru masuk itu, “Apa kita putus ???”, si cewek itu pun shok setengah mati ketika membaca sms tadi. Dalam hatinya ia berkata, semua lelaki sama, tidak punya hati dan rasa. Kalau di film FTV kawula muda biasanya si cewek yang baru diputuskan si cowok ini biasanya akan curhat lewat nyanyian,
Kini aku sendiri,
Tiada yang menemani
Semua yang ku sayangi
Telah tiada lagi.
Kalau saya bertemu orang seperti ini, saya pasti akan membalas nyanyiannya. Saya akan katakan:
Kamu tidak sendiri,
Allah bersamamu
Istighfar sepenuh hati
Moga diampuni

Hadirin sekalian yang berbahagia
Apakah seperti contoh ini semua yang dikatakan sebagai generasi muda Islam ??? Apakah kita tega, jika kelak kita meninggalkan generasi kita dalam keadaan demikian ???
Allah SWT berfirman:

“Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan generasi di belakang mereka dalam keadaan lemah, yang mereka khawatir terhadap kesejahteraannya, oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar” (QS. An-nisa: 9).
Muhammad Rasyid Ridho, seorang Modernis Islam Mesir, dalam tafsirnya Al-Manar jilid 4 halaman 399 menjelaskan bahwa, kata dhi’afa dalam ayat tersebut mencakup dua aspek, yakni:
1.      Lemah aqidah, yang dapat mengakibatkan rusaknya moralitas generasi muda
2.      Lemah ekonomi yang dapat membutakan mata hati sehingga mereka menghalalkan berbagai macam cara agar bisa memenuhi kebutuhan.
Hadirin sekalian yang berbahagia
Secara konseptual, para orangtua bukan saja hanya berkewajiban untuk menumbuhkan anaknya secara fisik, tetapi juga memiliki kewajiban dalam pembentukan karakter dan menanamkan nilai-nilai budi pekerti yang luhur, sebagaimana Imam Baihaqi meriwayatkan hadis dari ‘Aisyah bahwa nabi bersabda:

“(Orangtua berkewajiban) membaguskan tempat anaknya dan membaguskan budi pekertinya”. (HR. Baihaqi)

Selain itu, Albert Ensteins, seorang ilmuwan besar dunia pernah berkata: “Secience without religion is bland and religion without science is blank (Ilmu tanpa agama akan buta dan agama tanpa ilmu akan lumpuh)”.
Maka dari itu sudah seharusnya semua orangtua menyadari kewajiban terhadap anak-anaknya, baik secara fisik, emosional maupun spiritual agar generasi muda kita kelak dapat menjadi insan yang kreatif, inovatif, solidaritatif serta mampu menjadi pemimpin yang tangguh di kemudian hari. Pepatah Arab berbunyi:

 “Generasi muda hari ini adalah pemimpin di kemudian hari.

Demikian isi tausiah yang dapat saya sampaikan, akhirul kalam:
Assalaamu ‘alaikum wa rahmatullaahi wa barakaatuh

0 komentar:

Translate

Jumlah Pembaca

Instagram @kamal_btr