Info Penting Hari Ini !!!

Selamat Datang di KARYA KAMAL. Apa yang Sedang Sahabat Cari ??? Moga Blog Ini Bisa Membantu Sahabat Semua...!!! Kabar Gembira, Novel Sampan di Seberang akan segera dipublikasikan di blog ini agar para sahabat setia bisa menikmati karya yg pernah menang dalam kompetisi novel ini. Novel "Sampan di Seberang" diangkat dari kisah nyata pengalaman mengabdi di daerah terpencil. Novel "Sampan di Seberang" Tentang Pengabdian, Persahabatan & Kenangan, Tunggu Kehadirannya...!!! Karya Kamal; Novel Jalan Impian, Novel Pardangolan, Novel Sampan di Seberang, Buku Bait Bait Hati & Buku Facebook Mengguncang Dunia Akhirat. __Mustopa Kamal Batubara__ __Facebook: Mustopa Kamal Batubara.__ __Instagram: @kamal_btr.____Twitter: @mustopakamalBTR____Email: mustopakamalbatubara@gmail.com__ __Salam Karya Kamal__

Kamis, 29 Oktober 2015



Skenario Film Pendek Fiktif Narative
“Sepucuk Surat untuk Rektor”


Skenario
Mustopa Kamal Btr

Sudradara
Predi Permana

Produksi
Permana Pictures


Karakter Tokoh Film
Ali (Tokoh Utama): Baik, rajin & prihatin terhadap permasalahan kampus & HTN
Dayat (Teman akrab Ali): Suka membantu, agak berani, selalu membela Ali
Roni (Pemeran antagonis): Suka merendahkan Ali, sombong, egois
Chika (Pacar Roni): Membela Ali, sering ribut dengan Lian
Rektor: Membaca surat Ali
Dosen: Memberi mata kuliah di lokal
Jurnalis UIN: Menyampaikan surat Ali


Sinopsis

Ali adalah seorang mahasiswa semester dua UIN Suska, Ia seorang yang sangat peka terhadap permasalahan dunia pendidikan dan kampus. Rasa bangganya terhadap UIN Suska memudar setelah ia melihat kekurangan dan fasilitas yang tidak memadai di kampusnya ini.
Suatu hari ada lomba menulis surat untuk rektor yang diadakan oleh media mahasiswa, Ali mengikuti acara itu dengan harapan rektor bisa mendengarkan keresahannya terhadap berbagai permasalahan kampus yang ia lihat. Akhirnya ia mendapat predikat juara satu. Rektor membaca suratnya dengan perasaan terharu. Akhirnya rektor memperbaiki fasislitas dan manajemen kampus UIN suska.

Skenario

Setting: (Ali berjalan menuju kampus)
Ali: Perkenalkan namaku Ali. Aku adalah anak kampung yang mempunyai sejuta mimpi. Aku hijrat ke kota bertuah ini dengan harapan bisa mendapatkan pendidikan yang layak agar kelak aku bisa meraih semua mimpi indahku itu.

Setting: (Di depan gerbang dan gedung rektor kampus UIN suska)
Ali: Inilah kampusku, Universitas Islam Negeri Sultan Syarif kasim Riau atau yang lebih sering disingkat dengan UIN Suska. Kata Koran yang aku baca kampus nan megah dari luar ini merupakan salah satu kampus termegah di tanah pertiwi ini. Akupun bangga berdiri di kampus para pejuang ilmu ini.

Setting: (Melihat toilet rusak, ruangan gerah, bangku rusak)
Ali: Rasa banggaku itu perlahan memudar setelah melihat berbagai permasalahan kampus perjuangan ini. Aku ingin sekali mengaspirasikan suara mahasiswa khususnya mahasiswa Jurusan HTN ke pak rektor,  tapi aku tidak tahu harus bagaimana caranya. Hingga suatu hari….

Setting: (Di kelas dosen menjelaskan mata kuliah Ilmu Negara. Ali bertanya. Roni mencemeehkan)
Ali: Bu kenapa pendidikan di negara kita ini jauh tertinggal dibanding negara-negara lain ?
Dosen: Pertanyaan yang bagus. Salah satu penyebabnya adalah karena kurangnya perhatian pemerintah terhadap dunia pendidikan kita
Roni: sok-sok-an bertanya, caper biar dikenal dosen (berbisik ke Ali)

Setting: (Pulang kuliah, keluar dari kelas menuju mading)
Dayat: Ali kita ke mading yuk
Ali: Ngapain Yat ?
Dayat: Lihat info aja, mana tau ada info baru

Setting: (Di mading)
Dayat: Coba liat ini Li, ada lomba menulis surat untuk rektor
Ali: “Siapa yang ngadain ?”
Dayat: “Organisasi media mahasiswa. Kamu ikutan ya ?”
Ali: “Hmmm… lihat-lihat nanti ajalah An”
Dayat: “Kamu kan sedang prihatin dengan dunia pendidikan di kampus kita, tema itu kan bisa kamu angkat. Terus kalau nanti menang kan lumayan, bisa traktir kita-kita hehe…”
Ali: “Hmmm Lian modus aja ya, akhir-akhirnya minta traktir juga”
Roni: Prihatin masalah kampus atau pengen dapat hadiah karena gak ada uang ??? (Lian tiba-tiba menghampiri dari belakang)
Dayat: Rese banget sih lo Ron. Ngapain kalian ngikutan kami ?
Roni: Siapa juga yang ngikutin kalian. Idihh… kami cuma kebetulan lewat sini aja cemong. Benar kan teman-teman…???
Teman-teman Roni: Iya dong (serentak temannya menjawab)
Dayat: Dasar kalian ya. Kerjanya cuma nayari-nyari masalah terus..
Ali: Udah Yat, gak usah dibesar-besarkan
Roni: Apa kau cemong, sini kalau berani
Dayat: Bangsat….
Chika: Stop…!!! Roni, kenapa sih cari masalah terus, masalah cinta kita aja masih luntang-lantung, ini nyari masalah lagi sama Ali dan Dayat. Kasihan kan mereka gak ada salah
Roni: Chik… sebenarnya kamu pacar Ali atau pacar aku ?
Chika: Pacar kamu.. emang kenapa ?
Roni: Jadi kenapa kamu belain mereka sih yayang ? bukan belain abang ?
Chika: Iya juga ya ?
Roni: Ya udahlah, kalau kamu lebih milih mereka. Jangan nyesal ya. Yok kita cabut aja teman-teman.
Teman-teman Roni: Ok Bos…
Chika: Yayang… tunggu aku…!!!

 Seting: (Di kos Ali menulis surat untuk rektor)

Pekanbaru, 28 Oktober 2015

Kepada yang Terhormat,
Bapak Rektor Kampus Perjuangan
Di Pekanbaru.

Assalamu ‘Alaikum Wr. Wb.
Sebelumnya ananda mendoakan semoga bapak senantiasa diberi Allah nikmat kesehatan dan kesempatan, agar bapak dapat menjalankan amanah sebagai pemimpin di kampus pejuang ilmu yang megah luar biasa ini.
Kugoreskan pena di kertas putih ini dengan perasaan berbunga-bunga karena dedaunan yang bergoyang dan mentari yang tersenyum jadi saksi bisu berdirinya aku di kampus perjuangan para mujahid ilmu ini, kampus yang kata koran yang aku baca merupakan kampus terbaik yang ada di bumi Lancang Kuning ini, aku pun tersenyum bangga bisa menjadi bagian dari kampus yang besar ini.
Pak rektor yang terhormat
Ketika aku baru pertama kali menginjakkan kaki di kampus nan megah ini aku sangat bahagia sekali. Aku sangat kagum melihat gedungnya yang menjulang tinggi dengan arsitektur modern yang di kolaborasikan dengan gaya khas melayu, taman-taman yang tertata rapi menambah kekagumanku terhadap kampus perjuangan ini.
Pak rektor yang mulia
Rasa kekagumanku yang yang dulu, perlahan-lahan pudar karena berbagai permasalahan kampus yang menggrogoti pikiranku di saat ini. Bapak, ini bukanlah cerita yang mengada-ada akan tetapi ini adalah realitas kampus kita.
Kami berkumpul di belakang gedung belajar ini beralaskan tanah beratapkan langit, kami berada di sini bukanlah untuk bersenda gurau atau sekedar istirahat, namun kami duduk di belakang kampus ini untuk belajar mata kuliah Ilmu Hukum dengan ibu Puspita, dosen yang pengertian dan memaklumi akan permasalahan kampus kita ini.  Pak, kami terpaksa di sini karena kesemrautan manajemen pembagian ruang belajar sehingga tidak ada lagi lokal yang tersisa untuk kami yang minoritas di hari Kamis ini. Kami hanya bisa merajut asa di atas ketidakpantasan. Pak rektor, ironis bukan ?
Pak rektor yang terhormat
Di saat ini juga kami tengah bergelut dengan desakan-desakan semester yang mulai menuai di jurusan Hukum Tata Negara. Ingatkah bapak bahwa kampus kita ini mempunyai kajian ilmu seperti ini ?. Saya yakin bapak adalah orang yang kuat ingatan. Apakah bapak tahu bahwa kami belajar di kampus ini bukanlah menengadahkan tangan kepada orangtua ?. Tidak jarang kami harus memeras keringat untuk mencari nafkah dan uang kuliah, karena orangtua kami di kampung hanyalah seorang buruh kehidupan. Terkadang air mata ini mengalir menganak sungai ketika melihat sarana dan pra-sarana kampus yang tidak sepadan dengan uang SPP yang harus kami bayar tiap semesternya.
Di samping itu, perasaan cemburu terkadang datang menghampiriku ketika memperhatikan bapak seakan tak melihat kami yang minoritas ini. Mahasiswa yang dari tahun ke tahun hanya disediakan untuk satu kelas saja. Kenapa kuota untuk mahasiswa baru setiap tahun tidak pernah ditambah di jurusan kami ini Pak ?. Hukum Tata Negara, bukankah jurusan ini sangat urgen pak rektor ?. Bukankah negeri ini butuh orang-orang yang ahli di bidang tata negara ?. Ya di jurusan kami inilah dipelajari tentang disiplin ilmu-ilmu itu. Sedih rasanya menyadari bapak hanya memperdulikan meraka saja, mahasiswa yang mayoritas.
Aku terkadang malu kepada diriku sendiri ketika melihat di gedung kampus kita ini terpampang spanduk besar bertuliskan menuju “Word Class University”. Apakah kampus seperti ini bisa menjadi universitas berkelas dunia ?. Kampus yang infokusnya tidak memadai, kursinya tidak terawat, toiletnya tidak terurus?.
Pak rektor yang mulia
Itulah segelintir problem yang menggrogoti pikiranku saat ini, semoga bapak dapat memberikan solusi dan pencerahan, terakhir terucap salam cinta dan doa dari seorang mahasiswa yang sedang berada di persimpangan hati, tentang harus bangga atau justru harus malu berdiri di atas kampus perjuangan yang tidak bersahabat ini. 
Terucap salam cinta dan doa pula dari Himpunan Mahasiswa Jurusan Hukum Tata Negara (HMJ HTN) yang sedang prihatin terhadap berbagai permasalahan kampus kita ini. Kami semua selalu berdoa agar bapak tetap dalam lindungan Allah dan diberikan kekuatan oleh-Nya, karena kami juga tahu bahwa mengurus kampus perjuangan yang besar ini tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Semoga bapak diberi umur panjang agar kelak bisa menjadikan kampus ini sebagai surga bagi para mahasiswanya.

Muhammad Ali
Mahasiswa Hukum Tata Negara


Setting: (Di lantai tiga keluar dari lokal menuju mading)
Ali: Yat hari ini pengumuman pemenang surat untuk rektor
Dayat: Benarkah ? kalau begitu yuk kita langsung ke mading
Ali: yuk Yat

Setting: (Di mading)
Dayat: Li, coba Liat ini nama kamu. Kamu dapat juara Satu.
Ali: Alhamdulillah ya Allah, aku gak nyangka Yat bisa dapat juara satu.
Dayat: Syukurlah Yat. Pepatah itu memang benar, siapa-siapa yang bersungguh-sungguh akan mendapatkan kemenangan
Ali: Iya Yat
Dayat:Alhamdulillah... Syukurlah Ali. Tapi jangan lupa ya janjinya kemarin apa. Hehe…”
Ali: “Traktiran kan ?”
Dayat: “Lebih dari itu juga gak papa”
Ali: “Hmm… Lian jangan khawatir. Aman kok”
Roni: Benar kan prasangka kita teman-teman, mereka ikut lomba agar dapat hadiah sama uang (Roni dan teman-temannya menghampiri dari belakang)
Teman-teman Roni: Iya Bos, prasangka kita memang selalu benar
Dayat: Dasar makhluk rese. SMS (Susah Melihat orang Senang)
Ali: Udah Yat gak usah didengar

Setting: (Di Kantor Media Mahasiswa, Ali diundang ke tempat penyelenggara acara untuk mengambil hadiah)

Jurnalis UIN: Terimakasih ya Ali atas partisipasinya dalam acara ini. Tetap semangat tuk menyuarakan aspirasi mahasiswa lewat tulisan ya. Dan satu hal terpenting yang harus Ali tahu kami sudah memberikan surat yang Ali tulis ke pihak rektorat. Kata mereka bapak rektor sudah membacanya, beliau sangat terharu saat membaca bait demi bait dan terakhir rektor berjanji akan mengevaluasi ulang penyediaan fasilitas dan pelayanan yang ada di kampus ini. Selain itu, dalam waktu dekat ini gedung belajar yang ada di Fakultas Syariah & Hukum akan ditambah agar dapat menampung seluruh mahasiswanya.
Ali: Terimakasih banyak kak atas perpanjangan tangannya ke pihak rektorat dan saya sangat bersyukur dengan adanya lomba ini, kita bisa mengaspirasikan keluh kesah para mahasiswa
Dayat: Iya kak, saya sebagai teman setia Ali juga tidak lupa mengucapkan ribuan terimakasih
Jurnalis UIN: Iya dek sama-sama

Setting: (Menyorot gedung Fakultas Syariah & Hukum yang sedang dalam proses pembangunan)
Ali: Semenjak surat yang aku tulis dibaca pak rektor, fasilitas kampus sudah mulai diperbaiki dan gedung belajar mulai dibangun dan dibenahi. Inilah kampusku, UIN Suska Riau. Sekarang ia telah menjadi surga bagi setiap mahasiswanya. (Ali tersenyum bangga).




SEKIAN
TERIMAKASIH










0 komentar:

Translate

Jumlah Pembaca

Instagram @kamal_btr