Info Penting Hari Ini !!!

Selamat Datang di KARYA KAMAL. Apa yang Sedang Sahabat Cari ??? Moga Blog Ini Bisa Membantu Sahabat Semua...!!! Kabar Gembira, Novel Sampan di Seberang akan segera dipublikasikan di blog ini agar para sahabat setia bisa menikmati karya yg pernah menang dalam kompetisi novel ini. Novel "Sampan di Seberang" diangkat dari kisah nyata pengalaman mengabdi di daerah terpencil. Novel "Sampan di Seberang" Tentang Pengabdian, Persahabatan & Kenangan, Tunggu Kehadirannya...!!! Karya Kamal; Novel Jalan Impian, Novel Pardangolan, Novel Sampan di Seberang, Buku Bait Bait Hati & Buku Facebook Mengguncang Dunia Akhirat. __Mustopa Kamal Batubara__ __Facebook: Mustopa Kamal Batubara.__ __Instagram: @kamal_btr.____Twitter: @mustopakamalBTR____Email: mustopakamalbatubara@gmail.com__ __Salam Karya Kamal__

Senin, 28 September 2015



Surat Kecil untuk Bunda
Oleh: Putra Bange (Nama Pena Mustopa Kamal Btr)



Gadis berambut panjang itu sedang merenung di sudut malam. Di dalam kamar kos, ia teringat kampung halamannya. Ia terngiang kasih sayang keluarganya. Ia terbayang masakan bundanya. Ia merasa baru saja kemarin sore bercanda dengan keluarga kecilnya di kampung, namun sekarang ia sudah berada di kota Pekanbaru untuk merajut sebuah cita-cita.
Wardah, demikian nama panggilannya. Beberapa hari ini ia terlihat murung. Rasa rindu yang sedang menghantui batinnya semakin membuncah karena gadis yang baru resmi jadi mahasiswa ini sebelumnya tidaklah pernah jauh dari keluarga.
“Wardah kenapa ?” ujar Nur, kakak kosnya.
“Wardah teringat sama bunda di kampung kak”
“O. Kangen itu hal yang wajar, apalagi Wardah baru saja jadi mahasiswa. Yang penting Wardah jangan lupa berdoa untuk orangtua agar diberikan kesehatan dan umur panjang. Wardah harus percaya, suatu saat nanti kita akan berkumpul lagi dengan keluarga di kampung”
“Iya kak”
“Kakak tidur duluan ya”
Wardah belum bisa tidur. Siluet keluarga masih tergambar jelas dalam benaknya, terlebih-lebih seorang bunda yang selalu siap berkorban disaat ia sedang membutuhkan. Gadis nan jelita itu mengambil secarik kertas. Ia tuangkan semua hasrat hati yang sedang menghantui pikirannya.

Pekanbaru, 15 September 2015
Kepada yang tercinta,
Bunda di kampung halaman.

Assalaamu ‘Alaikum Wr. Wb.....

Apa kabar bunda di sana ?. Wardah mendoakan semoga bunda senantiasa diberi kesehatan oleh Allah, agar suatu saat nanti bunda bisa melihat putri bunda ini memakai toga ketika wisuda. Wardah goreskan pena di lembaran putih nan mungil ini dengan diselimuti rasa rindu. Tahukah bunda, surat kecil ini Wardah tulis dengan tinta linangan air mata, karena mengingat kesalahan yang pernah Wardah perbuat dulu selama di kampung.

Bunda
Engkaulah satu-satunya wanita yang mencintaiku tanpa syarat, yang selalu setia menjaga dan menuntunku setiap saat. Semua pengorbanan yang telah bunda berikan takkan hilang ditelan zaman. Kasih sayang yang telah bunda persembahkan akan terlukis indah di langit biru. Bunda, walaupun saat ini kita sedang dipisahkan oleh jarak dan waktu namun kasih sayang dan doa yang bunda panjatkan, selalu Wardah rasakan di setiap getaran nafas ini.
.
Bundaku sayang
Sembilan bulan engkau mengandungku, di dalam lautan rahim kasih sayang. Rasa sakit bunda tanggungkan, rasa perih bunda tahankan, asalkan anakmu ini bisa menatap indahnya dunia. Bunda pertaruhkan nyawa disaat melahirkanku, bunda pasrahkan diri terhadap takdir yang kuasa. Bunda sambut aku dengan senyum manis ketika baru pertama kali hadir ke dunia, tapi senyum manis itu Wardah balas dengan tangisan yang sangat memekakkan telinga, betapa egoisnya putrimu yang tidak tahu diri ini bunda.
Si kecil nan imut perlahan-lahan tumbuh menjadi anak nan lugu, bermain-main di halaman rumah penuh keceriaan tanpa sedikitpun merasakan beban hidup yang sedang bunda pikul. Senyum indah selalu terpancar dari sudut pipi ketika Wardah tumbuh menjadi seorang remaja. Si remaja ini terkadang sudah tidak tahu terima kasih lagi karena sering menyusahkan sang bunda bahkan sering melawan jika keinginannya tidak dituruti. Kini Wardah sudah dewasa bunda, Wardah telah menyadari akan arti dari sebuah kehidupan ini, sekarang juga Wardah sudah tahu tentang beban hidup yang selama ini bunda tanggungkan.
Bunda maafkan kesalahan Wardah selama ini. Dulu Wardah sering tidak menghiraukan nasehat bunda. Sering membuat risau hati bunda. Sering tidak minta izin ketika Wardah bermain ke rumah teman. Sering melawan jika keinginan Wardah yang terlalu berlebihan tidak dituruti, bahkan sering meninggalkan bunda ketika sakit, demi acara yang tidak jelas yang sebenarnya bisa wardah tinggalakan. Mungkin Wardah adalah anak yang tidak tahu diri pada saat itu karena tidak bisa menemani bunda seutuhnya. Sekali lagi maafkan putrimu yang nakal ini bunda.
Bunda, semua kenangan indah dulu masih terngiang jelas di benak Wardah. Saat adzan berkumandang, bunda selalu menuntun wardah tuk tunaikan kewajiban kepada tuhan. Saat gelap menyapa senja, bunda ajari Wardah membaca kalam Ilahi. Saat malam semakin kelam, bunda selalu bersedia mendengarkan semua keluh-kesah Wardah. Bunda, semua kenangan manis itu terasa baru saja berlalu dan masih tampak nyata dalam bingkai rinduku. Wardah percaya bunda juga tidak akan melupakan kenangan itu.

Bundaku sayang
Sekarang Wardah perlahan bisa berdiri tegar seperti yang telah bunda ajarkan dulu, namun hati ini tetap rapuh jika Wardah mengingat semua pengorbanan bunda selama ini. Bunda, maafkan anakmu ini jika kadang Wardah lupa menanyakan kabar bunda dan maafkan Wardah jika saat ini belum bisa kembali ke pelukan bunda karena kaki ini masih terus melangkah tuk meraih asa dan mengejar cita-cita.
Melalui surat kecil ini, ananda ingin mengucapkan ribuan terimakasih kepada bunda. Terima kasih atas cinta bunda yang begitu tulus. Terima kasih atas kasih sayang bunda yang melebihi dari lembutnya sutera. Terima kasih atas segala pengorbanan dan perjuangan bunda dalam membesarkan Wardah. Andai seluruh dunia berada dalam genggamanku, akan Wardah persembahkan seluruh isinya untuk bunda, ingin Wardah tumpahkan semua airmata ini dan bersimpuh di bawah kaki bunda.

Bundaku sayang
Entah harus bagaimana Wardah membalas semua jasa-jasa yang telah bunda berikan. Wardah tidaklah mempunyai nyawa yang kuat seperti saat bunda melahirkanku ke dunia ini. Hanyalah untai doa yang bisa Wardah panjatkan kepada Allah semoga bunda diberikan kebahagiaan dunia dan akhirat. Semoga dengan untaian kata yang Wardah tulis dalam surat kecil ini, dapat mengobati rasa rindu kita semua.
Terakhir terucap salam rindu dari Wardah yang sedang melayari samudera ilmu di kota bertuah. Semoga bunda selalu dalam lindungan Allah dan diberikan kekuatan oleh-Nya, agar suatu hari nanti kita bisa bertemu dalam kisah kebahagiaan hidup di dunia.

Anakmu tercinta.
Siti Wardah

Gadis itu terlihat memberi amplop kepada seorang lelaki yang sedang berdiri di samping bus berwarna biru tua. Amplop yang berisikan surat itu Wardah titipkan dengan perasaan terharu. Ia berharap, surat kecil yang ia tulis itu bisa sampai secepatnya ke tangan sang bunda.
“Alamatnya di dusun satu desa Bange Pak. Pas di samping rumah saudagar besar itu Pak” ujar Wardah kepada sang sopir bus.
“Baik Dek. Akan saya usahakan sampai secepat mungkin” jawab sang sopir memegang amanah.
“Terimakasih banyak Pak”
Perempuan paruhbaya itu menitikkan airmata ketika membaca surat yang dikirimkan putrinya. Ia terharu membacanya. Ia merasa iba melihat jantung hatinya itu hidup sebatang kara di rantau orang. Ia hanya bisa diam seribu bahasa.
“Bunda kenapa ?” tiba-tiba Evi, putri bungsunya menghampiri.
“Ini ada surat dari kakakmu, Wardah”
“Emang kak Wardah kenapa bunda ?”
“Kak Wardah katanya kangen”
“O. Evi juga kangen sama kakak”
Gadis itu merasa lega setelah membaca balasan surat bundanya dari kampung. Semangat hidupnya kembali pulih. Ia seolah baru saja sembuh setelah sekian lama jatuh sakit. Ia semakin gigih tuk belajar. Ia semakin kuat tuk meraih impian besarnya agar kelak ia bisa membawa sebongkah kebahagiaan tuk keluarganya di kampung.

0 komentar:

Translate

Jumlah Pembaca

Instagram @kamal_btr