Info Penting Hari Ini !!!

Selamat Datang di KARYA KAMAL. Apa yang Sedang Sahabat Cari ??? Moga Blog Ini Bisa Membantu Sahabat Semua...!!! Kabar Gembira, Novel Sampan di Seberang akan segera dipublikasikan di blog ini agar para sahabat setia bisa menikmati karya yg pernah menang dalam kompetisi novel ini. Novel "Sampan di Seberang" diangkat dari kisah nyata pengalaman mengabdi di daerah terpencil. Novel "Sampan di Seberang" Tentang Pengabdian, Persahabatan & Kenangan, Tunggu Kehadirannya...!!! Karya Kamal; Novel Jalan Impian, Novel Pardangolan, Novel Sampan di Seberang, Buku Bait Bait Hati & Buku Facebook Mengguncang Dunia Akhirat. __Mustopa Kamal Batubara__ __Facebook: Mustopa Kamal Batubara.__ __Instagram: @kamal_btr.____Twitter: @mustopakamalBTR____Email: mustopakamalbatubara@gmail.com__ __Salam Karya Kamal__

Selasa, 01 Desember 2015



Bintang Temaram
Karya: Mustopa Kamal Btr


Gantungkan mimpimu setinggi bintang di langit. Untaian kalimat yang selalu kedua orangtuaku ucapkan. Kata-kata itu bahkan selalu menemani hari-hariku di sekolah, di tempat bermain dan di jalan raya.
“Kelak kamu akan bersinar seperti bintang itu” kata ayah sambil menunjuk salah satu bintang yang berbaris mengitari bulan pada malam terang.
Aku menganggukkan kepala.
Bintang identik impian. Tidak hanya aku, semua teman sepermainanku selalu berkata suatu saat mereka ingin seperti bintang. Setiap malam kami selalu memandang bintang yang setia menemani atap rumah yang berjejeran di kampung ini.
Ketika duduk sendirian di halaman rumah, aku melihat bintang meluncur dari langit. Meteor persegi lima itu memperlihatkan cahaya keemasannya ketika hendak mendarat ke bumi. Aku tidak mau melewatkan momen yang sangat jarang ini. Aku panjatkan keinginanku bersamaan dengan jatuhnya ia ke timur malam.
“Dayat kenapa mengedipkan mata ?” ujar ibu tiba-tiba menghampiriku.
“Di sana ada bintang jatuh Bu” jawabku sambil menatap sorot kelam tatapan ibu.
“O. Dayat sedang meminta keinginan ?”
“Iya Bu”
“Yang penting bermohonnya tetap kepada tuhan”
“Maksud ibu ?”
“Suatu saat kamu akan mengerti” 

***

Pada malam kelam aku kembali melihat bintang jatuh menuju bumi. Aku tidak mau lagi bermohon ketika melihatnya. Ia hanya pemberi harapan palsu. Keinginanku yang kemarin saja belum dipenuhi. Saat itu aku berharap bisa mendapat sepatu sekolah baru. Tapi bintang itu hanya mampu menghidangkan kekecewaan.
“Lihat itu ada bintang jatuh” ujar ibu yang sedang duduk bersamaku di beranda depan rumah.
“Aku tidak suka lagi melihatnya” jawabku penuh ego.
“Kenapa ?”
“Mereka hanya mampu memberi harapan palsu”
“Maksudnya ?”
“Permintaanku yang kemarin saja belum dikabulkan”
Ibu tersenyum melihatku.
“Bintang itu tidak akan pernah bisa memberi apa-apa kepada kita Nak, walaupun ia sedang jatuh sekalipun” lanjut ibu.
“Maksud ibu ?”
“Yang mampu mengabulkan doa itu hanya tuhan, Sang Pemilik Alam”
Aku tersadar perkataan guru mengajiku, sama persis yang dikatakan ibu saat ini.
***
Malam yang dihiasi cahaya bintang-gemintang. Ayah memanggilku. Beliau menyuruhku duduk di samping tubuh kurusnya.
“Coba lihat bintang itu” suruh ayah menunjuk satu bintang yang paling memperlihatkan auranya. Aku terdiam sejenak. Suasana hening. “Kamu mau seperti bintang itu ?” ungkap ayah. Aku menganggukkan kepala. Ayah melanjutkan perkataannya. “Kamu harus rajin belajar dari sekarang agar suatu saat kamu bisa seperti bintang itu, menerangi alam sekitarnya”
“Iya Yah” jawabku polos.
Kini kami hanya tinggal menunggu pengumuman kelulusan dari bangku sekolah dasar. Tidak terasa seragam merah putih yang selalu setia menemaniku akan kutanggalkan. Ia telah jadi sahabat karibku selama enam tahun ini. Ia selalu tersenyum bangga ketika melihatku mendapat predikat juara setiap penerimaan rapor. Ia juga turut sedih disaat-saat aku tidak punya uang jajan di sekolah. Berat memang tuk berpisah, tapi tak mungkin selamanya bersama.
“Yah sebentar lagi kami sudah lulus SD” ujarku ketika ayah sedang menemani adikku si bungsu di ruang tengah rumah.
“Iya, lantas ?”
“Aku berkeinginan masuk ke SMP Unggulan Madina itu Yah”
“Iya sayang ayah pasti mendukungmu” jawab ayah dengan singkat.
Mata ibu tampak berkaca-kaca ketika mendengar pembicaraanku dengan ayah. Ibu seolah merenung sejenak. Entah apa yang ada di benak ibu ketika aku mengungkapkan keinginanku untuk melanjutkan sekolah di tempat menimba ilmu siswa-siswi terbaik bangsa itu.
***
Malam ini ayah terlambat pulang dari sawah. Kata beliau, tadi burung-burung banyak hinggap di hamparan padi kami yang sedang menguning. Beliau tampak lesu. Wajahnya pucat melebihi wajah orang yang sedang sakit berbulan-bulan. Rambutnya melebihi benang kusut. Sekilas  tidak ada gairah hidup.
“Bu nasi kita mana ?” ujar ayah ketika melihat makan malam tidak ada di tempat biasa. Ibu menampakkan diri dari dalam kamar. Sambil menggendong adik, ibu mendekati ayah. Dengan suara pelan ibu menjelaskan sesuatu kepada ayah.
“Pak, beras kita sudah habis. Ibu tadi sudah coba berhutang ke warung tapi tidak diberikan pemiliknya lagi, karena katanya hutang kita yang kemarin saja belum dibayar” jawab ibu dengan berusaha sekeras tenaga membendung airmata yang sudah dari tadi membuncah di balik pandangannya. Ibu tak kuat lagi mengingat celaan yang ia dapat tadi dari pemilik warung. Akhirnya ibu menangis bersamaan dengan suara jangkrik yang sedang kelaparan.
Ayah hanya terdiam. Ia berusaha meredakan tangisan ibu.
Dari balik pintu, airmataku bercucuran tanpa henti. Aku tak kuat berdiri mendengar percakapan dua orang motivator hidupku itu. Tubuhku rebah ke lantai. Aku menjadi orang bisu. Menangis tanpa suara. Aku perlahan ke luar rumah. Kupandang bintang. “Pantaskah aku sepertimu ?” tanyaku dalam hati. Bintang terlihat temaram, antara redup dan hidup.

 Profil Penulis

Mustopa Kamal Btr saat ini tercatat sebagai mahasiswa Hukum Tata Negara (Sebelumnya bernama Jinayah Siyasah) Fakultas Syariah & Hukum UIN Suska Riau. Selain membaca dan menulis, ia juga mempunyai hobi traveling. Karya-karyanya telah beberapakali terbit di harian Riau Pos, Singgalang Padang, Gagasan, Buletin Makna dan lain-lain. Pemuda berdarah Bange Mandailing  ini juga aktif di Komunitas Rumahkayu Pekanbaru, HMJ HTN, UPTQ UIN Suska dan sebagainya. Ia bisa dihubungi lewat email: mustopakamalbatubara@gmail.com. Ia juga mempunyai blog pribadi yang bisa diakses di: www.karya-kamal.blogspot.com


1 komentar:

pencuridfm2u mengatakan...

You can bookmark our website for Fresh Content. Pinoy Lambingan first drama site to release the latest episodes of All new Dramas

Translate

Jumlah Pembaca

Instagram @kamal_btr