Info Penting Hari Ini !!!

Selamat Datang di KARYA KAMAL. Apa yang Sedang Sahabat Cari ??? Moga Blog Ini Bisa Membantu Sahabat Semua...!!! Kabar Gembira, Novel Sampan di Seberang akan segera dipublikasikan di blog ini agar para sahabat setia bisa menikmati karya yg pernah menang dalam kompetisi novel ini. Novel "Sampan di Seberang" diangkat dari kisah nyata pengalaman mengabdi di daerah terpencil. Novel "Sampan di Seberang" Tentang Pengabdian, Persahabatan & Kenangan, Tunggu Kehadirannya...!!! Karya Kamal; Novel Jalan Impian, Novel Pardangolan, Novel Sampan di Seberang, Buku Bait Bait Hati & Buku Facebook Mengguncang Dunia Akhirat. __Mustopa Kamal Batubara__ __Facebook: Mustopa Kamal Batubara.__ __Instagram: @kamal_btr.____Twitter: @mustopakamalBTR____Email: mustopakamalbatubara@gmail.com__ __Salam Karya Kamal__

Rabu, 11 November 2015

Sepucuk Surat untuk Ayah
Karya: Mustopa Kamal Btr


Pekanbaru, 12 November 2015

Kepada yang luar biasa,
Ayah di kampung

Assalaamu ‘Alaikum Wr. Wb...

Sebelumnya ananda mendoakan semoga ayah di kampung senantiasa diberi Allah kesehatan dan umur panjang, agar suatu saat nanti kita bisa merasakan kebahagiaan hidup yang sesungguhnya.

Di sudut malam ini, kugoreskan pena di lembaran putih dengan perasaan tidak menentu, ada perasaan bahagia karena aku bisa menyampaikan curahan hati melalui surat kecil ini, ada juga perasaan was-was karena akhir-akhir ini ayah selalu hadir dalam alam bawah sadarku. Tapi Yah, itu mungkin hanya sekedar halusinasiku.

Ayah. Tahukah ayah, ini adalah surat pertamaku, yang khusus aku persembahkan sebagai tanda cinta dan rindu. Apakah ayah tahu juga, ketika menulis surat ini aku berusaha menahan linangan air mata, paling tidak sampai aku selesaikan tulisan ini. Tapi mata ini berontak Yah, akhirnya air kubiarkan mengalir menganak sungai meluap melewati sudut pandangan.

Ayah. Engkaulah satu-satunya lelaki yang mencintaiku tanpa syarat, yang setia menjaga dan menuntunku sepanjang hayat. Engkau yang mengingatkan ketika aku terlupa, engkau yang yang mensehati ketika aku tersalah dan engkaulah yang selalu menghiburku di waktu gundah.

Masih teringat jelas dalam rekaman ingatanku momen-momen indah dulu. Saat adzan shubuh berkumandang, engkau selalu menuntunku tuk tunaikan kewajiban kepada tuhan. Saat senja menyapa alam aku selalu kau dudukkan di pangkuanmu sembari kau ajariku lantunan ayat-ayat tuhan. Saat malam menjelang engkau selalu menemaniku dan menceritakan dongeng sampai aku terlelap lugu. Ayah, semua kenangan indah itu terasa baru saja berlalu dan masih tampak nyata dalam bingkai rinduku. Aku yakin ayah juga masih mengingat hari-hari indah yang tak terlupakan itu.

Ayah. Maafkan kenakalanku yang dulu, yang terlalu egois dan bertindak sesuka hati karena keinginanku yang tidak ayah turuti. Di saat itu aku iri kepada teman-teman yang lain, ketika melihat mereka dibelikan mainan oleh ayahnya, sedang aku tidak. Tapi sekarang aku telah sadari ayah, bahwa kehidupan kita tidak sama dengan teman-temanku itu. Orangtuanya pegawai berdasi, sedangkan kita hanyalah buruh kehidupan yang selalu merajut asa di atas lahan orang. Mungkin itulah sebabnya, ayah tidak bisa mengabulkan semua keinginanku yang berlebihan ketika itu. Sekali lagi maafkan anakmu yang nakal ini ayah, karena pada saat itu aku belum paham akan arti sebuah kehidupan.

Ayah. Aku sangat mengagumi pengorbanan dan perjuanganmu. Setiap hari engkau selalu banting tulang. Di pagi buta, ketika semua orang masih terlelap dalam buaian tidur, engkau sudah bersiap-siap menuju ladang harapan, dengan penuh asa engkau hentakkan kaki meninggalkan rumah, demi mencari sesuap nasi tuk penyambung nyawa dalam hidup ini.

Ayah. Kini aku telah dewasa, sedang berlari mengejar cita-cita. Tahukah ayah, anakmu ini akan selalu bersungguh-sungguh dalam menyelami lautan ilmu di sudut kota bertuah ini. Yah, tidak jarang pula badan ini bermandikan keringat untuk mencari uang kuliah ketika libur tiba. Biarlah aku rasakan tanggung jawab yang pernah ayah pikul, asal beban di pundak ayah tidak semakin bertambah.

Ayah, aku ingin suatu saat nanti bisa melihat ayah tersenyum bahagia ketika melihatku memakai toga wisuda. Hari ini juga telah aku buktikan Yah, bahwa anak seorang buruh kehidupan juga bisa mengenyam bangku perkuliahan. Walaupun dulu semua orang kampung berkata kepadaku mustahil bisa sekolah tinggi, berkat motivasi ayah aku bisa menjadi manusia yang tegar dalam melewati semak belukar.

Ayah. aku tahu keringatmu di kampung sedang menantikan keberhasilanku. Terimakasih Yah, atas semua perjuangan dan pengorbanan yang telah engkau persembahkan bagiku. Terakhir terucap salam cinta dan doa dari anakmu yang sedang melayari samudera ilmu di rantau. Semoga ayah selalu dalam lindungan Allah dan diberikan kekuatan oleh-Nya, agar suatu saat nanti kita bertemu dan bisa merasakan kebahagiaan hidup bersama-sama.

Anakmu tercinta






0 komentar:

Translate

Jumlah Pembaca

Instagram @kamal_btr