MTQ
GALAU
Oleh: Mustopa Kamal Btr
Mentari
telah beranjak dari peraduan menandakan bahwa pagi sudah menyapa setiap insan
yang sudah mulai bertaburan di muka bumi. hari ini adalah hari yang sangat
menyenangkan bagi kami peserta MTQ kabupaten Madina. Kenapa tidak, acara yang
paling kami tunggu-tunggu ini hanya datang satu kali dalam setahun. Selain
dapat baju batik gratis dari pengurus kecamatan masing-masing, biasanya kami
juga akan mendapatkan uang saku, tapi yang paling penting bagi kami adalah
mendapat teman baru dan pengalaman yang sangat berharga, yang tidak akan bisa
dinilai dengan suatu apapun.
Namaku
kamal atau lengkapnya Mustopa Kamal Batubara, aku adalah anak desa Bange
kecamatan Bukit Malintang kabupaten Madina. Alhamdulillah pada MTQ kabupaten tahun
2012 kemarin aku mendapat predikat juara III dibidang Syarhil Qur’an dengan
ditemani seorang Qori’ dan saritilawah. Pada tahun ini aku kembali dipercaya
oleh pihak kecamatan untuk mengisi acara Syarhil Qur’an utusan kecamatanku
sendiri, yaitu kecamatan Bukit Malintang. Pengurus kecamatan juga meminta agar
aku mencari teman-teman yang lain untuk mengisi berbagai cabang yang akan
diperlombakan, alhamdulilah aku sudah
mendapatkan orang yang sesuai dengan bidang yang diminta.
Teman-teman
yang aku ajak bergabung dengan kafilah kecamatan Bukit Malintang antara lain:
Qiyam, sebagai saritilawah dari syarahanku nanti. Qiyam ini orangnya sangat
rajin ketika mengikuti acara, orangnnya periang dan sangat suka bercanda.
Seterusnya ada Topan, anak ini adalah Qori’ handal di pesantrenku, dia sudah
sering memenangkan perlombaan tilawah Al-Qur’an baik tingkat kabupaten maupun
provinsi, bahkan ia pernah juga mengikuti MTQ tingkat Nasional. Seterusnya ada
Amri, teman yang satu ini orangnya agak serius walaupun terkadang dia suka
bercanda juga, ia mengisi acara Tahfidz 5 juz. Terus masih banyak lagi
teman-teman yang lain yang gak bisa aku sebutkann satu persatu.
Hari
ini kami berangkat sekitar pukul 11.10 WIB menuju kecamatan Ulu Pungkut yaitu tuan
rumah pelaksanaan MTQ tahun 2013 ini, kamipun berkumpul di depan pesantren
Musthafawiyah untuk menunggu mobil yang akan menjemput. Mobil pun tiba, kami
pun menaiki mobil berwarna hitam dengan perasaan suka cita. Mobil melaju perlahan-lahan.
Kawasan Ulu Pungkut ini benar-benar asri, kami sangat senang melihat pegunungan
yang begitu indah dipandang, di bawahnya berjejer sawah-sawah yang siap
memanjakan mata orang-orang yang melihatnya. Sungguh anugerah tuhan yang tak
ternilai di kecamatan Ulu Punggut ini.
Drug....drug....
tiba-tiba mobil yang kami tumpangi macet, kami tidak tahu entah kenapa
mesinnya. Benar-benar menyebalkan, mobil pada rusak lagi, padahal waktu udah
menunjukkan pukul 12.30 WIB. Pada pukul 01.00 kami sudah harus berkumpul di
lapangan untuk pawai ta’aruf antar kafilah. Kami semua benar-benar galau, terus
salah satu pengurus menelepon mobil yang satu lagi karena mobil kafilah kami
ada dua. Sembari menunggu mobil kami yang satu lagi datang, kami pun pergi
berteduh di bawah pohon rindang di pinggir sungai yang begitu sejuk, kesejukan
air ini pun perlahan-lahan menyejukkan hati kami yang sudah galau tingkat
kabupaten.
Amri:
Mal, itu mobilnya udah datang...
Aku:
Ya, yuk kesitu, biar cepat
Topan:
Ayo bang
Qiyam:
Bang tungguin....!!!!
Aku:
ya ela Qiyam, cepat nyuci mukanya, nanti kamu ketinggalan mobil
Tanpa
terasa kamipun sampai di tempat pelaksanaan MTQ, kecamatan Ulu Pungkut.
Pengurus:
Kita semua langsung ke lapangan pawai ta’aruf ya...!!!
Aku:
pak kita nggak mandi lagi?
Pengurus:
Nggak usah, nanti aja sesudah pawai ta’aruf karena kafilah lain semuanya udah
di lapangan
Qiyam:
waduh pak, nanti kita pada bau tu di lapangan karena nggak mandi
Pengurus:
udah, pake minyak wangi yang banyak biar gak bau
Qiyam:
Oke deh pak
Benar-benar
mendebarkan, kami harus bergegas secepatnya di lapangan pawai ta’aruf.
“Selanjutnya inilah
kafilah kecamatan Bukit Malintang, beri tepuk tangan yang meriah”
Inilah
kata-kata yang diucapkan protokol yang sedang berada di atas panggung bersama
bupati dan pejabat pemerintahan ketika menyambut kafilah kami melewati arena
penyambutan peserta, kami pun tersenyum dengan bangganya. Protokolnya begitu
semangat memeperkenalkan seluruh kafilah, terlebih-lebih kafilah kami. Dian
dengan senangnya melihat kami. Mungkin dia sangat kagum dengan baju yang kami
kenakan kali ya, yaitu baju batik paling mencolok dan paling menyedot perhatian
peserta kafilah lain, kenapa tidak karena warnanya biru ceria. He...he
Setelah
selesai pawai kamipun melakukan registrasi ulang bersama pengurus kecamatan
Bukit Malintang. Siapa sangka tahun ini banyak sekali peserta yang kena dis
atau diskualifikasi. Temanku Amri kena dis alasan panitia karena umur, jadi
terpaksa teman ini dibuat ke cabang 20 juz, padahal kan hafalannya masih Lima
jus pada waktu itu. kami pun kabarnya kena dis, tapi aku nggak tahu pasti
dengan kebenaran kabar ini, alasannya karena Qori’ dan saritilawah pendampingku
bukan orang mandailing asli, padahalkan mereka sekolah di mandailing dan mereka
juga punya marga kok, walaupun mereka tinggal di pasaman, daerah yang
berbatasan langsung dengan kabupaten kami. Tapi informasi itu tidak bisa
dipertanggungjawabkan karena kami sudah mengambil nomor penampilan.
Mentari
pagi telah menyingkap tabir gulita malam. Hari ini adalah hari kedua
pelaksanaan MTQ. Hari ini kami akan tampil dicabang Syarhil Qur’an. Kami
benar-benar tidak menyangka bahwa nomor penampilan kami tidak dipanggilkan.
Kamipun memeperjelas kepada panitia MTQ. Mereka pun mengatakan bahwa kami kena
dis, karena qori’ dan saritilawah yang bukan orang asli mandailing, padahal
tahun-tahun sebelumnya nggak ada peraturan seperti ini. Qiyam, selaku
saritilawah dari syarahanku pun protes
dengan menunjukkan ketidaksukaannya kepada pihak panitia.
Akhirnya
kami pasrah dengan keputusan ini, kami benar-benar galau tingkat provinsi. Belum
hilang kegalauan kami yang benar-benar mebuncah, tiba-tiba pemain Fahmil kami
dipanggil panitia MTQ kabupaten dan mereka pun mendiskualifikasinya dengan
mengemukakan beberapa alasan. Dan yang paling mengharukan bagi teman kami Amri adalah
ketika ia sudah tampil di cabang perlombaan tahfidz Qur’an, ada kabar yang
beredar bahwa ia masuk sebagai juara. Setelah pengumuman, ternyata namanya
tidak ada terpanggil sebagai pemenang. Dan kabar pun berembus bahwa dia juga
kena diskualifikasi. Amri benar-benar kecewa di malam pengumuman pemenang MTQ
tersebut. Kecamatan kami harus puas berada di pringkat 2 sebagai juara umum
setelah kecamatan panyabungan kota.
Peserta
MTQ tahun ini banyak yang didiskualifikasi, dengan berbagai alasan. Tahun ini
benar-benar tahun galau tingkat nasional bagi para sebagian besar peserta MTQ
tingkat kabupaten Madina. Begitulah hidup terkadang tidak semua yang kita
harapkan bisa terwujud, akan tetapi Allah Maha Tahu apa yang terbaik bagi
setiap hambaNya.
Selesai
0 komentar:
Posting Komentar